Ahlus Sunnah tidak percaya pada thiyarah atau tathayyur. Tathayyur atau thiyarah, atau perasaan tidak hoki terhadap sesuatu . Diambil dari kalimat: زَجَرَ الطَّيْرَ (terbang bersama burung).

Ibnul Qayyim (wafat 751 H) Rahimahullah berkata: “Dulu mereka biasa menerbangkan atau melepaskan burung, jika burung terbang ke kanan disebut saa-ih, jika burung terbang ke kiri disebut disebut ' baarih'. Jika terbang ke depan disebut 'na-thih', dan ketika terbang mundur disebut 'qa-id'. Beberapa orang Arab menganggap sial dengan 'baarih' (burung terbang ke kiri) dan menganggap keberuntungan dengan 'saa-ih' (burung terbang ke kanan) dan ada orang lain yang berpikir berbeda."

Tathayyur (merasa tidak beruntung) tidak hanya terbatas pada terbangnya burung, tetapi nama, angka, angka, orang cacat dan sejenisnya. Semua itu dilarang oleh syariat Islam dan termasuk dalam kategori syirik oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, karena orang yang tahayyur menganggap hal-hal tersebut mendatangkan untung dan rugi. Keyakinan seperti ini jelas melanggar keyakinan terhadap takdir (pengaturan) Allah Azza wa Jalla.

Menurut Syekh Muhammad bin Salih al-'Utsaimin (wafat 1421 H) Rahimahullah: “Tathayyur adalah menganggap kesialan apa yang dilihat, didengar atau diketahui. yang diketahui adalah bagaimana cara mengetahui tanggal, angka atau angka Tathayyur mengingkari (menghilangkan) tauhid dari dua segi:

Pertama, orang yang tahayyur tidak memiliki rasa percaya kepada Allah Azza wa Jalla dan selalu bergantung kepada selain Allah.

Kedua, itu tergantung pada sesuatu yang tidak memiliki substansi dan merupakan sesuatu yang termasuk takhayul dan keraguan.”

Lebih lanjut Ibnul Qayyim Rahimahullah mengatakan, “Orang yang tahayyur tersiksa jiwanya, berhati sempit, tidak pernah tenang, berakhlak buruk dan mudah terpengaruh dengan apa yang dilihat dan didengarnya. yang paling gelisah jiwanya. Banyak yang menjaga dan menyimpan hal-hal yang tidak ada gunanya dan tidak pula merugikannya, tidak sedikit dari mereka kehilangan kesempatan dan kesempatan (untuk berbuat kebaikan).”